Temani aku hari dengan
segelas air putih untuk mengmbil nafas yang hilang kemaren sore. Setiap langkah
adalah misteri kita hanya bisa menghitung berapa kali kita bisa melangkah, esok
adalah misteri dan hari ini adalah proses menuju lebih baik.
Perkenalanku dengan
seorang yang bernama “Syakira Azka” membuatku diriku berwarna, melebihi tujuh
warna mejikuhibiniu. Semenjak hari itu jiwaku mulai bergairah dan dentum
jantungku mulai berdetak keras dan hariku warna warni. “Kekasihku seperti
burung murai suaranya merdu. Matanya kaca hatinya biru. Kekasihku seperti
burung murai bersarang indah di dalam hati (W.S.Rendra)”. Rendra membuatku tau
sekarang, ada burung murai hinggap dihatiku sayangnya saat itu momen yang tidak
pas aku sedang terkena kasus skorsing “buku kiri”. Suatu ketika maret di tahun
lalu, setelah uts di parkiran teknik, aku chat syakira kira-kira seperti ini;
Aku : Mau kemana?
Syakira : Mau ke
oriflame
Aku : Ikut dong
Syakira : Ayok
Syakira datang dan aku
prkir motorku, di WDP, aku pasrahkan motorku disitu, aku tancap gas motor
syakira honda beat warna merah dengan plat belakang Z yang sudah miring,
ditahan dengan seutas tali rafia.
Aku berangkat melalui
jalan Batununggal, sepanjang jalan dia terus menyanyikan lagu shape of you,
padahal aku tau suara syakira tak begitu bagus karena suaranya bindeng. Setelah
pesan, aku mengajak syakira sholat. Dan di saat itu dia memamerkan gigi
gingsulnya di sebelah kiri. Dia bilang “Gigi gingsul itu gigi mahal, orang
jepang itu suka dengan gigi mahal mas” Dan hari itu, aku telah jatuh cinta
dengan gigi gingsul itu. Lepas itu aku menuju miko mall, aku mengajak dia
nonton film ex-men. Selama di bioskop aku tertidur penat capek juga, aku juga
liat muka syakira sedang tertidur juga. Jadi kita bayar dua puluh lima ribu
hanya untuk tertidur.
Aku berkenalan dengan
syakira, dan berujung aku mengungkapkan perasaanku. Kurang lebih ada lima kali
aku mengungkapkan perasaanku dan selalu di tolak, dengan alasan traumatis,
dengan alasan luka di masa lalu salahsatunya di selingkuhi. Tapi tidak untuk
yang ke lima, aku masih ingat saat itu sekitar jam 10 malam, aku meyakinkan
dia, dan akhirnya aku diterima. Saat itu hari sabtu, dengan hujan gerimis
rintik kita bisa dikatakan jadian. Hari itu juga kita putuskan keluar jalan-jalan
sebagai sepasang kekasih. Tujuan pertama adalah menuju soerabi setiabudi, enak
sepertinya dingin-dingin makan soerabi. Kita berhenti di pom bensin didaerah
setiabudi, aku sendiri saat itu gak pegang uang baru besok di transfer dan pake
uang syakira serartus ribu, kita isi bensin. Sampai disana kita malah beli
bakso bukan soerabi. Aku tak menyangka hari itu aku bisa bersama dengan
syakira. Cintaku kepada syakira terjadi begitu saja, aku tak tahu mengapa, aku
sekedar menyadari ternyata rasa seperti itu benar-benar ada. Dan kini engkau adalah mata dan aku adalah
air matamu.
Waktu saat itu, masih
pukul 1 pagi, kita lanjutkan perjalanan ke bukit bintang moko, saat berangkat,
kita berhenti disekitar taman cikapundung, untuk beli minyak kayu putih.
Syakira mengoleskan minyak itu ke leherku dan juga ke leher dia, dia bilang ini
untuk menghangatkan tubuh mas. Sekitar pukul 03,00 kita ke indomaret beli snack
untuk kita makan sambil menunggu matahari terbit. Sesampai di moko uang kita
tersisa dua puluh ribu, dan tiket masuk berdua adalah dua puluh empat ribu,
sambil kita cari receh di saku untuk masuk, akhirnya kita menemukan uang yang
pas untuk masuk. Sambil menunggu aku tertidur di mushola, aku sudah tak kuat
lahi menahan kantukku, saqmpai adzan shubuh syakira membangunkanku untuk
menjalankan sholat shubuh. Hingga matahari itu benar-benar terbit, dan dilama
hatiku aku berdoa semoga engkau yang terakhir dalam hidupku syakira. Akhir dari
perjalanan itu adalah aku sudah tak kuat menyetir motor lagi aku sangat
mengantuk, setelah turun dari moko, syakira bergantian menyetir motor, sambil
helmku berbenturan dengan syakira karena benar-benar tidak bisa menahan kantuk
yang teramat ingin di tidurkan. Aku pasrah dengan kantukku.
Satu hari itu aku telah
mengenal kembali apa itu yang dinamakan cinta, yang sudah hilang dalam kamus
hidupku sekitar dua tahun lamanya.
Goresan Rindu
// Kau tak pernah
sekedar sketsa.
Bagiku, goresan
tentangmu selalu utuh.
Hanya sedikit waktu
yang kuperlu untuk mengingatmu.
Sisanya, sebagian besar
umurku , habis untuk gagal melupakanmu.
//Kau tak punya
senggang, aku tak miliki waktu luang. Yang ada cuma hati lapang.
Aku menghabiskan
sepanjang hari untuk bersiap melupakanmu sepanjang malam.
Ketika malam tiba,
mengapa bukan pelita?
Mengapa pelukmu yang
bikin aku menyala?
Masih hangat pelukmu,
ketika mulai dingin malamku.
//Bila tak bisa
mengerti, cobalah tidak mengerti. Begitulah aku terhadapmu.
Kita masih akan
sepasang remaja kelak di ufuk umur yang menua merah bata.
Ini bukanlah kata- kata
yang kurangkai, tapi peristiwa-peristiwa yang kita bingkai.
//Berkawan sunyi,
kulawan sepi. Sendiri.
//Siapa saja boleh
mengutip kata -kata rindu.
Toh mereka tetap harus
mencantumkan kau dan aku.
//Yang kumau bukan
peredam, bukan pula pereda.
Rindu bukanlah soal
dendam, tak juga melulu cinta.
Rindu tak mengenal
lelah, meski cinta tak pernah istirah.
//Aku tidak sedang
bermimpi, sejak kau bukanlah imaji.
Sebenarnya bukan kau
yang berbahaya, tapi cintaku yang menggila.
//Jika kau sudah
selesai, aku hanya ingin dibelai.
Cinta selalu butuh
bahan tertawaan agar buku harian tak penuh tangisan. (Chandra Malik)