Selasa, 27 Maret 2018

Syakira yang melambat pelan 1


Temani aku hari dengan segelas air putih untuk mengmbil nafas yang hilang kemaren sore. Setiap langkah adalah misteri kita hanya bisa menghitung berapa kali kita bisa melangkah, esok adalah misteri dan hari ini adalah proses menuju lebih baik.
Perkenalanku dengan seorang yang bernama “Syakira Azka” membuatku diriku berwarna, melebihi tujuh warna mejikuhibiniu. Semenjak hari itu jiwaku mulai bergairah dan dentum jantungku mulai berdetak keras dan hariku warna warni. “Kekasihku seperti burung murai suaranya merdu. Matanya kaca hatinya biru. Kekasihku seperti burung murai bersarang indah di dalam hati (W.S.Rendra)”. Rendra membuatku tau sekarang, ada burung murai hinggap dihatiku sayangnya saat itu momen yang tidak pas aku sedang terkena kasus skorsing “buku kiri”. Suatu ketika maret di tahun lalu, setelah uts di parkiran teknik, aku chat syakira kira-kira seperti ini;
Aku : Mau kemana?
Syakira : Mau ke oriflame
Aku : Ikut dong
Syakira : Ayok
Syakira datang dan aku prkir motorku, di WDP, aku pasrahkan motorku disitu, aku tancap gas motor syakira honda beat warna merah dengan plat belakang Z yang sudah miring, ditahan dengan seutas tali rafia.
Aku berangkat melalui jalan Batununggal, sepanjang jalan dia terus menyanyikan lagu shape of you, padahal aku tau suara syakira tak begitu bagus karena suaranya bindeng. Setelah pesan, aku mengajak syakira sholat. Dan di saat itu dia memamerkan gigi gingsulnya di sebelah kiri. Dia bilang “Gigi gingsul itu gigi mahal, orang jepang itu suka dengan gigi mahal mas” Dan hari itu, aku telah jatuh cinta dengan gigi gingsul itu. Lepas itu aku menuju miko mall, aku mengajak dia nonton film ex-men. Selama di bioskop aku tertidur penat capek juga, aku juga liat muka syakira sedang tertidur juga. Jadi kita bayar dua puluh lima ribu hanya untuk tertidur.
Aku berkenalan dengan syakira, dan berujung aku mengungkapkan perasaanku. Kurang lebih ada lima kali aku mengungkapkan perasaanku dan selalu di tolak, dengan alasan traumatis, dengan alasan luka di masa lalu salahsatunya di selingkuhi. Tapi tidak untuk yang ke lima, aku masih ingat saat itu sekitar jam 10 malam, aku meyakinkan dia, dan akhirnya aku diterima. Saat itu hari sabtu, dengan hujan gerimis rintik kita bisa dikatakan jadian. Hari itu juga kita putuskan keluar jalan-jalan sebagai sepasang kekasih. Tujuan pertama adalah menuju soerabi setiabudi, enak sepertinya dingin-dingin makan soerabi. Kita berhenti di pom bensin didaerah setiabudi, aku sendiri saat itu gak pegang uang baru besok di transfer dan pake uang syakira serartus ribu, kita isi bensin. Sampai disana kita malah beli bakso bukan soerabi. Aku tak menyangka hari itu aku bisa bersama dengan syakira. Cintaku kepada syakira terjadi begitu saja, aku tak tahu mengapa, aku sekedar menyadari ternyata rasa seperti itu benar-benar ada.  Dan kini engkau adalah mata dan aku adalah air matamu.
Waktu saat itu, masih pukul 1 pagi, kita lanjutkan perjalanan ke bukit bintang moko, saat berangkat, kita berhenti disekitar taman cikapundung, untuk beli minyak kayu putih. Syakira mengoleskan minyak itu ke leherku dan juga ke leher dia, dia bilang ini untuk menghangatkan tubuh mas. Sekitar pukul 03,00 kita ke indomaret beli snack untuk kita makan sambil menunggu matahari terbit. Sesampai di moko uang kita tersisa dua puluh ribu, dan tiket masuk berdua adalah dua puluh empat ribu, sambil kita cari receh di saku untuk masuk, akhirnya kita menemukan uang yang pas untuk masuk. Sambil menunggu aku tertidur di mushola, aku sudah tak kuat lahi menahan kantukku, saqmpai adzan shubuh syakira membangunkanku untuk menjalankan sholat shubuh. Hingga matahari itu benar-benar terbit, dan dilama hatiku aku berdoa semoga engkau yang terakhir dalam hidupku syakira. Akhir dari perjalanan itu adalah aku sudah tak kuat menyetir motor lagi aku sangat mengantuk, setelah turun dari moko, syakira bergantian menyetir motor, sambil helmku berbenturan dengan syakira karena benar-benar tidak bisa menahan kantuk yang teramat ingin di tidurkan. Aku pasrah dengan kantukku.
Satu hari itu aku telah mengenal kembali apa itu yang dinamakan cinta, yang sudah hilang dalam kamus hidupku sekitar dua tahun lamanya.


Goresan Rindu
// Kau tak pernah sekedar sketsa.
Bagiku, goresan tentangmu selalu utuh.
Hanya sedikit waktu yang kuperlu untuk mengingatmu.
Sisanya, sebagian besar umurku , habis untuk gagal melupakanmu.

//Kau tak punya senggang, aku tak miliki waktu luang. Yang ada cuma hati lapang.
Aku menghabiskan sepanjang hari untuk bersiap melupakanmu sepanjang malam.
Ketika malam tiba, mengapa bukan pelita?
Mengapa pelukmu yang bikin aku menyala?
Masih hangat pelukmu, ketika mulai dingin malamku.

//Bila tak bisa mengerti, cobalah tidak mengerti. Begitulah aku terhadapmu.
Kita masih akan sepasang remaja kelak di ufuk umur yang menua merah bata.
Ini bukanlah kata- kata yang kurangkai, tapi peristiwa-peristiwa yang kita bingkai.

//Berkawan sunyi, kulawan sepi. Sendiri.

//Siapa saja boleh mengutip kata -kata rindu.
Toh mereka tetap harus mencantumkan kau dan aku.

//Yang kumau bukan peredam, bukan pula pereda.
Rindu bukanlah soal dendam, tak juga melulu cinta.
Rindu tak mengenal lelah, meski cinta tak pernah istirah.

//Aku tidak sedang bermimpi, sejak kau bukanlah imaji.
Sebenarnya bukan kau yang berbahaya, tapi cintaku yang menggila.

//Jika kau sudah selesai, aku hanya ingin dibelai.
Cinta selalu butuh bahan tertawaan agar buku harian tak penuh tangisan. (Chandra Malik)