Minggu, 01 April 2018

Surat Ini Untukmu


Halo gimana kabarmu? Sehatkah, apakah kamu baik-baik saja? Sudah sring minum air putih gak? Ada cerita apa hari ini? Ketika aku mulai menulis ini, aku ingin kembali menangis, tapi nangis sambil tersenyum sendiri, tertawa, entah. Mengingat bercampur sedih kali ya, karena kita udah gak bisa baolik. Pasti capek ya tiap hari aku bilang ayo balik, kita bissa, kita bisa, capek pasti kan, maafkan aku yang berego ini. Mafin aku juga kalau aku pernah ngasarin kamu, atau berbicara buruk tantang kamu. Tapi percayalah aku masih sama, masih orang yang tak tega jika semua dunia mengutuk kamu, percayalah aku masih sama. Aku malakukan itu semua tak lebih aku ingin mendapatkan perhatianmu, aku ingin kamu membelas pesan-pesanku aku pingin lihat tertawamu pipimu yang gemes itu lucu bulat kaya donat jco yang lonjong. Sekali lagi aku minta maaf.

Terlintas ingatan saat aku melihat triler film danur 2, aku jadi ingat, saat itu ngambil foto kita terus aku diajak teman-temanku nonton film danur di bec, saat itu hujan deras jadi selama aku nonton kedinginan, terus makan jco. Nah pas makan itu aku gak sadar kunci motorku hilang, terus aku chat kamu minta tolong untuk datang dan kamu mau, saat itu gerimis akhirnya kita satu motor ngambil kunci serep di kostan, sambil hujan gerimis kita nyanyi-nyanyi sampai dilihat bapak-bapak di dekat pasar kordon. Kita bahagia. Terus aku ajak kamu makan mie ayam baso jabrik, terus aku ganti baju, ganti training, kita balik ke bec lagi. Disitu tragedi training melorot mulu di dekat pintu parkiran motor bec, dan kamu bilang ih mas kaya qory. Benar-benar saat aku dan kamu gak ada, gak punya malu.

Saat itu bulan agustus, setelah konflik dengan om mu, bukuku di sobek chat di baca nomer simmu di patahkankan. Dan aku benar-benar sedih tak bisa menghubungimu. Kalau tidak salah itu hari lebaran ke dua. Au chat asti, aku benar-benar tidak mau kehilangan kamu, dan asti bercerita, kalau nomermu di rusak om mu, dan tiba-tiba kamu on bilang kita harus berhenti begitu saja. Aku benar-benar kecewa saat itu dengan keputusanmu. Padahal sebelumnya pas kita ketemu terakhir, kamu memegang erat aku hingga leherku sakit sampai kamu beliin aku salonpas. Untuk pertama kalinya aku menggunakan koyo, dan di dalam chat kamu bilang selalu kangen, kamu bercerita aku mau jemput mas terus aku peluk di bandara bodoh amat aku gak malu. Tapi semua sirna. Lantas aku bercerita dengan kawan Raden Sosro Ardijo. Dia chat kamu mungkin, aku sangat sedih sungguh, aku tau seseorang yang pergi bukan hanya dipanggil oleh masa depannya, ia juga di dorong masa lalunya. Sampai aku rela mengantar tetangga yang tes kuliah di bandung selama lima hari, aku berharap bertemu denganmu, sayangnya aku tak bisa bertemu degan mu, karena kamu sedang terkena sakit cacar, aku kecewa, pulang dengan rasa kekalahan. Namun saat aku pindah kostan kamu datang untuk membantuku, dan disitu kita mengakui perasaan yang saling rindu, saling kangen. Dan lahirlah komiten sampai desember yang terakhir bertemu, aku bahagia bisa mengembalikan mu lagi. Disitu juga kamu liat aku makan pizza pakai nasi. Dan utuk pertama di bulan agustus itu aku berjanji untuk menikahimu dan melamarmu. Perempuan pertama itu adalah kamu.

Diantara penderitaan rakyat yang di gusur paksa, diantara hamparan sawah yang hijau habis untuk di bangun bandara. Tapi rakyat di negeri tabah ditemani pilu tangis air mata, ketika kampung halaman berubah menjadi tempat yang tak kenal lagi Lestari Alamku Lestari Desaku Dimana Tuhanku Menitipkan Aku Nyanyi Bocah-bocah Di Kala Purnama Nyanyikan Pujaan Untuk Nusa. Seperti lagu-lagu ibu-ibu tamanasari “ Lebih baik disini tamansari” tangisan haru, aku peluk teh eva dan aku peluk alya dan ica, gadi kecil yang baru kelas 1 dan kelas 3 SD. Mereka bercerita, takut ketika bangun tidur sudah kehilangan tetangga dan teman-temannya yang pindah karena di gusur, anak sekecil itu bergelut dengan kerasnya kehidupan, padahal matanya adalah pancaran masa depan negeri ini. Kamu masih ingat, saat itu kita makan KFC di transmart, ada anak kecil yang bukain pintu KFC nya, sontak hati terketuk, kue leker yang kita beli kita kasih semua, dan beberapa uang kita berikan. Semoga mereka bersyukur dan bahagia dengan pemberian kita.

Saat itu kamu datang, dan lagu akad belum terlalu hitz dan populer, aku paksa kamu lihat video klip itu. Setelah selesai melihat, tiba-tiba kamu nangis dan kita menatap haru sambil menangis bersama. Ternyata sudah sejauh ini perjuangan kita, senang, marah capek berantem. Sekiranya mungkin mulai hari-hari ini aku mungkin sudah terlalu penting, dan kamu mungkin juga capek menghadapi keras kepalaku. Aku minta maaf kepadamu. Kisah cinta atau apalah itu kadang hanya meminta kita membayar tanpa protes tanpa syarat.

O ya, hpku sekarang mati rusak, mungkin aku sudah tidak bisa mengabarimu, mangkannya aku cepat-cepat membuat tulisan, semoga kamu baca sampai tuntas. Aku tadi liat fotomu di instagram kelas, kamu masih sama, suka tidur di kelas lucu. Dan aku ucapkan selamat mau uas dan selamat mengerjakan tugas akhir. Kehilanganmu adalah ujian terberat yang dikirim Tuhan. Mungkin tuhan mengujiku melaluimu, untuk menghapuskan dosa-dosa yang berkerat dan sulit di bersihkan ini. Manusia tak lebih insan yang bergelimpangan dosa.Karena dosa itu tidak berwujud, maka mentalku benar-benar merasakan dengan kesulitan da kesedihn yang mendalam. Pada tahap ini aku sudah tidak mampu sombong, aku tak lebih dari butiran jasjus. Aku yakin dalam penderitaan ini, akan membuatku lebih tenang, lebih dewasa, lebih bijaksana, tak lebih permasalahan ini menuntutku untuk menstabilkan diriku. 

Kebisingan tak menjadi apa-apa, ketika rindu menerpa. Dan kemaren aku begitu cerdas, maka aku ingin menggubah dunia. Hari ini aku menjadi bijak, maka aku menggubah diriku sendiri. Saat itu hari senin kita berpisah, kita memilih berpisah bukan karena tak bahagia, tapi karena orang tua yang tak menginginkan hadirku. Kita menangis dan setelah itu kamu diantar gojek terlintas jauh tak terlihat hanyalah sisa-sisa air matamu yang terlihat membasahi jalan. Baru kita memilih berpisah, tukang gojek berusaha menggodamu, sungguh sial betul nasibku ini. Nasib orang yang berharap kembali, tapi kamu tak kunjung kembali-kembali. Jika Tuhan tak mengabulkan keinginanku, mungkin Tuhan sedang mengabulkan apa yang aku butuhkan saat ini. Mau tidak mau, hidup harus dijalani, kalau takut pada ujian dan memilih menghindari persoalan dan lari dari cobaan, berarti aku sudah tak layak hidup lagi. Tetapi aku sadar tidak menunggu waktuyang pas untuk mati, karena kita bisa mati kapan saja dan tidak usah repot untuk merencanakan mati. Semoga kisah ini menjadi kisah yang haru biru, yang awalnya menjadi tangis kepedihan menjadi tangis haru, tawa yang tersekat, menjadi tawa yang lepas. Pokoknya  segala yang berbalik dari kenyataan yang perih ini. Selamat berpisah di minggu kesembilan ini.