Jumat, 05 Januari 2018

Desember

Ada apa di bulan Desember, sepertinya aku benci sekali dengan bulan ini? Kenapa harus lahir di Bulan ini? Di bulan ini aku juga harus mengetahui, aku tidak bisa sembuh dari sakit fisik cerebal palsay atau kelainan otak kecil. Dan sekarang di bulan Desember aku sekalagi harus menerima kenyataan. Bulan Desember bulan yang penuh air mata. “Adakah bahasa yang lebih sederhana, lebih murni, lebih tidak munafik daripada air mata; bahasa tanpa kata-kata dan tanpa batas? setiap tetesnya merupakan jeritan pedihnya, jeritan pecinta yang merindu. Bukankah benar bahwa mata lebih mengungkapkan kebenaran daripada lidah? Bukankah air mata adalah syair terindah dan cinta yang paling jujur? Tidakkah air mata mencerminkan iman yang paling melimpah, hasrat yang paling mendalam, perasaan yang paling bergelora? Bukankah air mata merupakan bentuk ucapan yang paling murni dan bentuk cinta yang paling halus? Semua ini berbaur dalam satu hati cinta. Semuanya berpadu, melebur, dan membentuk sebuah tetesan yang hangat. ini mereka namakan air mata” (Ali Syariati). Desember bulan penghujung, bulan yang tidak jelas (termasuk musim hujan atau musim kemarau). Terkutuklah aku yang lahir di bulan Desember ini. Tapi di bulan ini banyak orang-orang yang mengupdate senja di bulan Desember, entah itu di Facebook, Instragram, WhatsApp, mereka berbahagia dengan senja. “Senja tak pernah salah. Hanya kenangan yang kadang membuatnya basah. Dan pada senja, akhirnya kita mengaku kalah. Tentu saja sebut itu rindu, karena sepi adalah bagian dari itu. Tapi banyak orang berkata jika rindu itu pahit, aku curiga mereka menyimpan rindu di empedu bukan dihati. Dan Senja adalah semangkuk bubur kerinduan yang berharap menjadi nasi. Yang aku percaya adalah keseimbangan, tak salah lagi aku selalu mengagumi senja. senja cukup lapang untuk menampung gelap dan cahaya juga duka dan suka secara bersamaan.tak peduli kebaikan atau keburukanmu, suka atau duka. 1 kesalahan saja kita akan selalu mengingat kesakitan itu, tapi aku tidak. yaa mungkin benar senja menyimpan luka. tapi luka hanya sebuah pernik kecil dari rantai bahagia. Begitulah senja dalam mataku. Dan ketika malam datang pandangi langitnya, tapi jangan menghitung bintangnya. Karena, kau takkan pernah sadar jika kau salah satu dari mereka. Tapi begitulah Kita, sedekat mata kiri dan kanan, hanya saja kita tak pernah bisa saling memandang. Dan kita adalah satu dalam dua yang tak menyatu. Kita tak terpisah dalam kebersamaan yang tak pernah bersama. Kita nyata dalam mimpi yang tak terjadi. (Nom De Plume)” Desember juga bulan yang menakutkan bagi beberapa mahasiswa, mereka harus sudah membayar kuliah nanti cepat regristrasi tidak berebut memilih dosen. Atau Bulan yang menyeramkan untuk melihat IGracias tiap hari berdoa sembahyang tak pernah telat untuk sekedar berharap mendapatkan nilai rata kiri, bukan rata kanan. Ya begitulah berebut kelas, berebut dosen untuk sebuah nilai, kadang aku harus menghargai diriku sendiri dengan berhenti mencoba menjadi normal, jika normal hanya sebuah standard yang dibuat oleh banyak orang yang bukan sepertiku. Usahakan ketika melihat igracias jangan sendirian. “Dan kepada kamu, aku benar-benar benci jatuh cinta. Aku takut kalo dijalan kenapa-napa amit-amit dan ini jadi kenangan terakhir kita gitu. karena nggak ada kenangan lain yang kayaknya lebih bagus dibanding aku selama ini nyebelin buat kamu.
aku juga takut jangan - jangan hubungan ini juga bukan punya kita doang tapi bisa jadi ini punya kedua orang tua kamu misalnya tiba-tiba mereka jadi nggak sreg sama aku dan nyuruh kita putus.
aku takut karena bisa aja ini suatu waktu diambil dari aku.ya gitu, coba deh kamu tanya lagi.kenapa sih kamu sayang sama aku? ya karena aku nggak selamanya bahagia sama kamu, aku juga ada sedihnya, aku juga ada takut, dan aku juga ada kecewa karena kamu satu paket sama itu dan aku yakin kamu pun juga gitu”(Mas Radit). Desember pun menjadi bulan anak Telkom untuk bersabar pulang, untuk mununggu nilai semua keluar. Bandung menjadi saksi perjuangan anak-anak Telkom. “Dan Bandung bagiku bukan Cuma urusan wilayah belaka..lebih jauh dari itu melibatkan Perasaan yang bersamaku ketika sunyi. Mungkin saja ada tempat yang lainnya ketika ku berada di sana akan tetapi perasaanku sepenuhnya ada di Bandung yang bersamaku ketika rindu” (Pidi Baiq). Ya Bandung menjadi bukti cinta dan saying mu terhadap apapun yang kalian ingankan dan kalian perjuangkan, tapi taukah kalian akan cinta? “Cinta adalah reaksi kimia, sebuah efek yang ditimbulkan oleh feromon, endorphin, dan serotonim yang kelak mungkin saja menghilang. Iya, cinta bisa menghilang. Lantas, kenapa kakek dan nenek kita bisa bertahan hidup berdua sampai mereka meninggal? Karena saat cinta menghilang, mereka punya sesuatu yang disebut kasih sayang, keterbiasaan, empati, dan tentu saja komunikasi. Jadi untukmu, aku tidak tahu sampai kapan aku bisa jatuh cinta padamu. Tapi aku jamin, aku akan jadi orang yang terbangun disebelahmu dan mengatakan “ hidup akan baik-baik saja selama kita memiliki kita(Fiersa Besari).” Ada orang-orang yang bersama, tapi tidak jatuh cinta.Ada pula orang-orang yang jatuh cinta, ditakdirkan bersama.Hidup ini memang begitu-begitu saja. 7 milyar manusia di atas bumi; tiap detik, setidaknya ada yang jatuh cinta, pun tiap detik, ada yang berpisah.


“Kecewa dan Depresi di Bulan Desember”

Bandung, 23 Desember 1994

(Azka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar