Ada apa di bulan
Desember, sepertinya aku benci sekali dengan bulan ini? Kenapa harus lahir di
Bulan ini? Di bulan ini aku juga harus mengetahui, aku tidak bisa sembuh dari
sakit fisik cerebal palsay atau kelainan otak kecil. Dan sekarang di bulan Desember
aku sekalagi harus menerima kenyataan. Bulan Desember bulan yang penuh air
mata. “Adakah bahasa yang lebih sederhana, lebih murni, lebih tidak munafik
daripada air mata; bahasa tanpa kata-kata dan tanpa batas? setiap tetesnya
merupakan jeritan pedihnya, jeritan pecinta yang merindu. Bukankah benar bahwa
mata lebih mengungkapkan kebenaran daripada lidah? Bukankah air mata adalah
syair terindah dan cinta yang paling jujur? Tidakkah air mata mencerminkan iman
yang paling melimpah, hasrat yang paling mendalam, perasaan yang paling bergelora?
Bukankah air mata merupakan bentuk ucapan yang paling murni dan bentuk cinta
yang paling halus? Semua ini berbaur dalam satu hati cinta. Semuanya berpadu,
melebur, dan membentuk sebuah tetesan yang hangat. ini mereka namakan air mata”
(Ali Syariati). Desember bulan penghujung, bulan yang tidak jelas (termasuk
musim hujan atau musim kemarau). Terkutuklah aku yang lahir di bulan Desember
ini. Tapi di bulan ini banyak orang-orang yang mengupdate senja di bulan
Desember, entah itu di Facebook, Instragram, WhatsApp, mereka berbahagia dengan
senja. “Senja tak pernah salah. Hanya kenangan yang kadang membuatnya basah.
Dan pada senja, akhirnya kita mengaku kalah. Tentu saja sebut itu rindu, karena
sepi adalah bagian dari itu. Tapi banyak orang berkata jika rindu itu pahit,
aku curiga mereka menyimpan rindu di empedu bukan dihati. Dan Senja adalah
semangkuk bubur kerinduan yang berharap menjadi nasi. Yang aku percaya adalah
keseimbangan, tak salah lagi aku selalu mengagumi senja. senja cukup lapang
untuk menampung gelap dan cahaya juga duka dan suka secara bersamaan.tak peduli
kebaikan atau keburukanmu, suka atau duka. 1 kesalahan saja kita akan selalu
mengingat kesakitan itu, tapi aku tidak. yaa mungkin benar senja menyimpan
luka. tapi luka hanya sebuah pernik kecil dari rantai bahagia. Begitulah senja
dalam mataku. Dan ketika malam datang pandangi langitnya, tapi jangan
menghitung bintangnya. Karena, kau takkan pernah sadar jika kau salah satu dari
mereka. Tapi begitulah Kita, sedekat mata kiri dan kanan, hanya saja kita tak
pernah bisa saling memandang. Dan kita adalah satu dalam dua yang tak menyatu.
Kita tak terpisah dalam kebersamaan yang tak pernah bersama. Kita nyata dalam
mimpi yang tak terjadi. (Nom De Plume)” Desember juga bulan yang menakutkan
bagi beberapa mahasiswa, mereka harus sudah membayar kuliah nanti cepat
regristrasi tidak berebut memilih dosen. Atau Bulan yang menyeramkan untuk
melihat IGracias tiap hari berdoa sembahyang tak pernah telat untuk sekedar
berharap mendapatkan nilai rata kiri, bukan rata kanan. Ya begitulah berebut
kelas, berebut dosen untuk sebuah nilai, kadang aku harus menghargai diriku
sendiri dengan berhenti mencoba menjadi normal, jika normal hanya sebuah
standard yang dibuat oleh banyak orang yang bukan sepertiku. Usahakan ketika melihat
igracias jangan sendirian. “Dan kepada kamu, aku benar-benar benci jatuh cinta.
Aku takut kalo dijalan kenapa-napa amit-amit dan ini jadi kenangan terakhir
kita gitu. karena nggak ada kenangan lain yang kayaknya lebih bagus dibanding
aku selama ini nyebelin buat kamu.
aku juga takut jangan -
jangan hubungan ini juga bukan punya kita doang tapi bisa jadi ini punya kedua
orang tua kamu misalnya tiba-tiba mereka jadi nggak sreg sama aku dan nyuruh
kita putus.
aku takut karena bisa
aja ini suatu waktu diambil dari aku.ya gitu, coba deh kamu tanya lagi.kenapa
sih kamu sayang sama aku? ya karena aku nggak selamanya bahagia sama kamu, aku
juga ada sedihnya, aku juga ada takut, dan aku juga ada kecewa karena kamu satu
paket sama itu dan aku yakin kamu pun juga gitu”(Mas Radit). Desember pun
menjadi bulan anak Telkom untuk bersabar pulang, untuk mununggu nilai semua
keluar. Bandung menjadi saksi perjuangan anak-anak Telkom. “Dan Bandung bagiku bukan
Cuma urusan wilayah belaka..lebih jauh dari itu melibatkan Perasaan yang
bersamaku ketika sunyi. Mungkin saja ada tempat yang lainnya ketika ku berada
di sana akan tetapi perasaanku sepenuhnya ada di Bandung yang bersamaku ketika
rindu” (Pidi Baiq). Ya Bandung menjadi bukti cinta dan saying mu terhadap
apapun yang kalian ingankan dan kalian perjuangkan, tapi taukah kalian akan
cinta? “Cinta adalah reaksi kimia, sebuah efek yang ditimbulkan oleh feromon,
endorphin, dan serotonim yang kelak mungkin saja menghilang. Iya, cinta bisa
menghilang. Lantas, kenapa kakek dan nenek kita bisa bertahan hidup berdua
sampai mereka meninggal? Karena saat cinta menghilang, mereka punya sesuatu
yang disebut kasih sayang, keterbiasaan, empati, dan tentu saja komunikasi.
Jadi untukmu, aku tidak tahu sampai kapan aku bisa jatuh cinta padamu. Tapi aku
jamin, aku akan jadi orang yang terbangun disebelahmu dan mengatakan “ hidup
akan baik-baik saja selama kita memiliki kita(Fiersa Besari).” Ada orang-orang
yang bersama, tapi tidak jatuh cinta.Ada pula orang-orang yang jatuh cinta,
ditakdirkan bersama.Hidup ini memang begitu-begitu saja. 7 milyar manusia di
atas bumi; tiap detik, setidaknya ada yang jatuh cinta, pun tiap detik, ada
yang berpisah.
“Kecewa
dan Depresi di Bulan Desember”
Bandung, 23
Desember 1994
(Azka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar