Selasa, 25 Juni 2019

Karena Hidup Hanya Untuk Datang Dan Pergi

Minggu pagi itu aku bersiap, kukancingan kemejaku dengan rapih, sepatu pantofel, berlari sambil melihat jam di tangan, memakai helm dan bersiap mengendarai motor, tak lupa aku pasang lagu berjudul I Dont Care “Cause I don't care when I'm with my baby, yeah”. Dalam perjalan, aku melihat pengendara motor sedang bertengkar, mungkin yang bertengkar adalah sepasang kekasih. Setelah melewati perempatan, aku berjalan dan melintasi pengendara motor yang terjatuh. Terlintas akan sebuah tulisan “Lelakiku bukan sebuah kesalahan, ia merawatku dengan penuh keberanian. Perempuanku bukan kemungkinan, ia menjagaku dengan keyakinan. Lelakiku bukan pahlawan, ia berjuang demi keserdahanaan. Perempuanku bukan rumah ia sebuah perjalanan tanpa ujung, kita sepasang yang bukan-bukan” Ingatan akan tulisan tersebut terhenti, ketika ada seorang pengamen kecil dan seorang anak kecil berjoget di perempatan, ada beberapa anak menjual tisu, menjual vitacamin, aku merogoh celanaku, aku membeli vitacimin, aku berikan uang lebih, bagiku beragama itu berbuat baik tanpa merasa dirimu yang terbaik. Begitulah potret kemiskinan sudah dipandang biasa saja, kemisikanan hanya dekat dengan angka statistik, tapi jauh dari rasa kemanusian. Lampu hijau, tanda berjalan, di sepanjang jalan penuh spanduk poster caleg, maupun partai politik, semrawut tanpa ada penataan, penuh janji yang ditawarkan, apakah mereka jika terpilih di sumpah dengan kitab suci, masihkan akan berbuat tercela, korupsi misalnya? Jika memang masih dilakukan Tuhan pun rasanya ada hanya dibuat becandaan bagi mereka yang melanggar sumpah. Tiba-tiba di pinggir jalan ada beberapa orang sedang berorasi dan berteriak, ada serikat buruh sedang berdemo, aku mendapat relase demo tersebut, mereka dari sebuah pabrik penghasil sepatu internasional, dan permalahannya adalah pabrik distributor itu bangkrut, dan pengembangnya kabur, juga belum membayarkan THR pekerjanya. Mereka menuntut haknya, nasib buruh kasar selalu rentan tanpa ada perlindungan tapi berbeda dengan nasib pengembang selalu dipermudah, seharusnya semua dapat perlindungan, pantas saja di Al-Quran ditulis “Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan.” (QS. Al Balaad ayat 12 - 13). Dengan skill selip menyelip melewati beberapa angkot berjejer, mereka saling membunyikan klakson, entah sudah beberapa rindu yang tumpah? Sampai di gedung aku tuju, aku sisir kembali rambut yang berantakan. Aku tarik nafas dan melangkah, dalam gedung ini, aku melihat perempuan yang anggun dengan senyum yang manis. Orang yang pernah mengisi gaduh-ramainya perasaan, melewati jalan buah batu, Pelajar Pejuang, Karapitan, Dago, Riau, Lembang, terimakasih atas tawanya, tangisannya, marahnya, punduhnya bahkan pesan “Sudah baca buku hari ini?”. Senyum, menginat peristwa tersebut, memang benar hal terpenting dari sebuah perjalanan bukanlah tujuan, melainkan teman seperjalanan. Sebelum menyalaminya, karena tak ada kopi, aku ambil air putih dan sedikit memejamkan mata “Segelas rindu pelarian dari sepi harus kumulai, lagi sejak pagi. Dari senandung di kamar mandi hangga siul yang aku ciptakan sambil membuat penuh gelas dengan kopi yang tertuang bersama harapan akan menemukan sesuatu untuk mengisi ruang dan waktu luang supaya aku memiliki jeda, meski singkat, sebelum tercebur, lagi, ke dalam ketergesaan hidup yang begitu sehari-hari. Pintu yang akan kubuka nanti adalah ambang batas antara kesepian  di dalam diriku dan sebuah dunia yang tak pernah sepi dari kabar dan berita yang sama sekali tak dapat kita pastikan. Pagi itu, pagi ini, dan pagi lain yang datang dan berbicara kepada diriku tanpa bahasa dari kehadiran tubuhmu adalah segelas penuh rindu yang mesti kutandaskan sendiri, dan diriku, sebagaima denganmu, saat ini telah tuntas menghabiskan segelas kopi hanya untuk kemudian menjadi gelas yang berdiri bisu di sudut meja ini: sendiri dan kosong, sampai seseorang datang mengisinya, lagi.” Sampai diatas aku salami satu persatu, dan aku mengucapkan “Selamat atas pernikahanmu”. Hidup tak lebih seperti roler coster, naik dan turun, jika takut cukup tutup mata dan teriaklah sekencang-kencangnya. Karena tugas manusia adalah menjadi manusia.

Minggu, 01 April 2018

Surat Ini Untukmu


Halo gimana kabarmu? Sehatkah, apakah kamu baik-baik saja? Sudah sring minum air putih gak? Ada cerita apa hari ini? Ketika aku mulai menulis ini, aku ingin kembali menangis, tapi nangis sambil tersenyum sendiri, tertawa, entah. Mengingat bercampur sedih kali ya, karena kita udah gak bisa baolik. Pasti capek ya tiap hari aku bilang ayo balik, kita bissa, kita bisa, capek pasti kan, maafkan aku yang berego ini. Mafin aku juga kalau aku pernah ngasarin kamu, atau berbicara buruk tantang kamu. Tapi percayalah aku masih sama, masih orang yang tak tega jika semua dunia mengutuk kamu, percayalah aku masih sama. Aku malakukan itu semua tak lebih aku ingin mendapatkan perhatianmu, aku ingin kamu membelas pesan-pesanku aku pingin lihat tertawamu pipimu yang gemes itu lucu bulat kaya donat jco yang lonjong. Sekali lagi aku minta maaf.

Terlintas ingatan saat aku melihat triler film danur 2, aku jadi ingat, saat itu ngambil foto kita terus aku diajak teman-temanku nonton film danur di bec, saat itu hujan deras jadi selama aku nonton kedinginan, terus makan jco. Nah pas makan itu aku gak sadar kunci motorku hilang, terus aku chat kamu minta tolong untuk datang dan kamu mau, saat itu gerimis akhirnya kita satu motor ngambil kunci serep di kostan, sambil hujan gerimis kita nyanyi-nyanyi sampai dilihat bapak-bapak di dekat pasar kordon. Kita bahagia. Terus aku ajak kamu makan mie ayam baso jabrik, terus aku ganti baju, ganti training, kita balik ke bec lagi. Disitu tragedi training melorot mulu di dekat pintu parkiran motor bec, dan kamu bilang ih mas kaya qory. Benar-benar saat aku dan kamu gak ada, gak punya malu.

Saat itu bulan agustus, setelah konflik dengan om mu, bukuku di sobek chat di baca nomer simmu di patahkankan. Dan aku benar-benar sedih tak bisa menghubungimu. Kalau tidak salah itu hari lebaran ke dua. Au chat asti, aku benar-benar tidak mau kehilangan kamu, dan asti bercerita, kalau nomermu di rusak om mu, dan tiba-tiba kamu on bilang kita harus berhenti begitu saja. Aku benar-benar kecewa saat itu dengan keputusanmu. Padahal sebelumnya pas kita ketemu terakhir, kamu memegang erat aku hingga leherku sakit sampai kamu beliin aku salonpas. Untuk pertama kalinya aku menggunakan koyo, dan di dalam chat kamu bilang selalu kangen, kamu bercerita aku mau jemput mas terus aku peluk di bandara bodoh amat aku gak malu. Tapi semua sirna. Lantas aku bercerita dengan kawan Raden Sosro Ardijo. Dia chat kamu mungkin, aku sangat sedih sungguh, aku tau seseorang yang pergi bukan hanya dipanggil oleh masa depannya, ia juga di dorong masa lalunya. Sampai aku rela mengantar tetangga yang tes kuliah di bandung selama lima hari, aku berharap bertemu denganmu, sayangnya aku tak bisa bertemu degan mu, karena kamu sedang terkena sakit cacar, aku kecewa, pulang dengan rasa kekalahan. Namun saat aku pindah kostan kamu datang untuk membantuku, dan disitu kita mengakui perasaan yang saling rindu, saling kangen. Dan lahirlah komiten sampai desember yang terakhir bertemu, aku bahagia bisa mengembalikan mu lagi. Disitu juga kamu liat aku makan pizza pakai nasi. Dan utuk pertama di bulan agustus itu aku berjanji untuk menikahimu dan melamarmu. Perempuan pertama itu adalah kamu.

Diantara penderitaan rakyat yang di gusur paksa, diantara hamparan sawah yang hijau habis untuk di bangun bandara. Tapi rakyat di negeri tabah ditemani pilu tangis air mata, ketika kampung halaman berubah menjadi tempat yang tak kenal lagi Lestari Alamku Lestari Desaku Dimana Tuhanku Menitipkan Aku Nyanyi Bocah-bocah Di Kala Purnama Nyanyikan Pujaan Untuk Nusa. Seperti lagu-lagu ibu-ibu tamanasari “ Lebih baik disini tamansari” tangisan haru, aku peluk teh eva dan aku peluk alya dan ica, gadi kecil yang baru kelas 1 dan kelas 3 SD. Mereka bercerita, takut ketika bangun tidur sudah kehilangan tetangga dan teman-temannya yang pindah karena di gusur, anak sekecil itu bergelut dengan kerasnya kehidupan, padahal matanya adalah pancaran masa depan negeri ini. Kamu masih ingat, saat itu kita makan KFC di transmart, ada anak kecil yang bukain pintu KFC nya, sontak hati terketuk, kue leker yang kita beli kita kasih semua, dan beberapa uang kita berikan. Semoga mereka bersyukur dan bahagia dengan pemberian kita.

Saat itu kamu datang, dan lagu akad belum terlalu hitz dan populer, aku paksa kamu lihat video klip itu. Setelah selesai melihat, tiba-tiba kamu nangis dan kita menatap haru sambil menangis bersama. Ternyata sudah sejauh ini perjuangan kita, senang, marah capek berantem. Sekiranya mungkin mulai hari-hari ini aku mungkin sudah terlalu penting, dan kamu mungkin juga capek menghadapi keras kepalaku. Aku minta maaf kepadamu. Kisah cinta atau apalah itu kadang hanya meminta kita membayar tanpa protes tanpa syarat.

O ya, hpku sekarang mati rusak, mungkin aku sudah tidak bisa mengabarimu, mangkannya aku cepat-cepat membuat tulisan, semoga kamu baca sampai tuntas. Aku tadi liat fotomu di instagram kelas, kamu masih sama, suka tidur di kelas lucu. Dan aku ucapkan selamat mau uas dan selamat mengerjakan tugas akhir. Kehilanganmu adalah ujian terberat yang dikirim Tuhan. Mungkin tuhan mengujiku melaluimu, untuk menghapuskan dosa-dosa yang berkerat dan sulit di bersihkan ini. Manusia tak lebih insan yang bergelimpangan dosa.Karena dosa itu tidak berwujud, maka mentalku benar-benar merasakan dengan kesulitan da kesedihn yang mendalam. Pada tahap ini aku sudah tidak mampu sombong, aku tak lebih dari butiran jasjus. Aku yakin dalam penderitaan ini, akan membuatku lebih tenang, lebih dewasa, lebih bijaksana, tak lebih permasalahan ini menuntutku untuk menstabilkan diriku. 

Kebisingan tak menjadi apa-apa, ketika rindu menerpa. Dan kemaren aku begitu cerdas, maka aku ingin menggubah dunia. Hari ini aku menjadi bijak, maka aku menggubah diriku sendiri. Saat itu hari senin kita berpisah, kita memilih berpisah bukan karena tak bahagia, tapi karena orang tua yang tak menginginkan hadirku. Kita menangis dan setelah itu kamu diantar gojek terlintas jauh tak terlihat hanyalah sisa-sisa air matamu yang terlihat membasahi jalan. Baru kita memilih berpisah, tukang gojek berusaha menggodamu, sungguh sial betul nasibku ini. Nasib orang yang berharap kembali, tapi kamu tak kunjung kembali-kembali. Jika Tuhan tak mengabulkan keinginanku, mungkin Tuhan sedang mengabulkan apa yang aku butuhkan saat ini. Mau tidak mau, hidup harus dijalani, kalau takut pada ujian dan memilih menghindari persoalan dan lari dari cobaan, berarti aku sudah tak layak hidup lagi. Tetapi aku sadar tidak menunggu waktuyang pas untuk mati, karena kita bisa mati kapan saja dan tidak usah repot untuk merencanakan mati. Semoga kisah ini menjadi kisah yang haru biru, yang awalnya menjadi tangis kepedihan menjadi tangis haru, tawa yang tersekat, menjadi tawa yang lepas. Pokoknya  segala yang berbalik dari kenyataan yang perih ini. Selamat berpisah di minggu kesembilan ini.




Selasa, 27 Maret 2018

Syakira yang melambat pelan 1


Temani aku hari dengan segelas air putih untuk mengmbil nafas yang hilang kemaren sore. Setiap langkah adalah misteri kita hanya bisa menghitung berapa kali kita bisa melangkah, esok adalah misteri dan hari ini adalah proses menuju lebih baik.
Perkenalanku dengan seorang yang bernama “Syakira Azka” membuatku diriku berwarna, melebihi tujuh warna mejikuhibiniu. Semenjak hari itu jiwaku mulai bergairah dan dentum jantungku mulai berdetak keras dan hariku warna warni. “Kekasihku seperti burung murai suaranya merdu. Matanya kaca hatinya biru. Kekasihku seperti burung murai bersarang indah di dalam hati (W.S.Rendra)”. Rendra membuatku tau sekarang, ada burung murai hinggap dihatiku sayangnya saat itu momen yang tidak pas aku sedang terkena kasus skorsing “buku kiri”. Suatu ketika maret di tahun lalu, setelah uts di parkiran teknik, aku chat syakira kira-kira seperti ini;
Aku : Mau kemana?
Syakira : Mau ke oriflame
Aku : Ikut dong
Syakira : Ayok
Syakira datang dan aku prkir motorku, di WDP, aku pasrahkan motorku disitu, aku tancap gas motor syakira honda beat warna merah dengan plat belakang Z yang sudah miring, ditahan dengan seutas tali rafia.
Aku berangkat melalui jalan Batununggal, sepanjang jalan dia terus menyanyikan lagu shape of you, padahal aku tau suara syakira tak begitu bagus karena suaranya bindeng. Setelah pesan, aku mengajak syakira sholat. Dan di saat itu dia memamerkan gigi gingsulnya di sebelah kiri. Dia bilang “Gigi gingsul itu gigi mahal, orang jepang itu suka dengan gigi mahal mas” Dan hari itu, aku telah jatuh cinta dengan gigi gingsul itu. Lepas itu aku menuju miko mall, aku mengajak dia nonton film ex-men. Selama di bioskop aku tertidur penat capek juga, aku juga liat muka syakira sedang tertidur juga. Jadi kita bayar dua puluh lima ribu hanya untuk tertidur.
Aku berkenalan dengan syakira, dan berujung aku mengungkapkan perasaanku. Kurang lebih ada lima kali aku mengungkapkan perasaanku dan selalu di tolak, dengan alasan traumatis, dengan alasan luka di masa lalu salahsatunya di selingkuhi. Tapi tidak untuk yang ke lima, aku masih ingat saat itu sekitar jam 10 malam, aku meyakinkan dia, dan akhirnya aku diterima. Saat itu hari sabtu, dengan hujan gerimis rintik kita bisa dikatakan jadian. Hari itu juga kita putuskan keluar jalan-jalan sebagai sepasang kekasih. Tujuan pertama adalah menuju soerabi setiabudi, enak sepertinya dingin-dingin makan soerabi. Kita berhenti di pom bensin didaerah setiabudi, aku sendiri saat itu gak pegang uang baru besok di transfer dan pake uang syakira serartus ribu, kita isi bensin. Sampai disana kita malah beli bakso bukan soerabi. Aku tak menyangka hari itu aku bisa bersama dengan syakira. Cintaku kepada syakira terjadi begitu saja, aku tak tahu mengapa, aku sekedar menyadari ternyata rasa seperti itu benar-benar ada.  Dan kini engkau adalah mata dan aku adalah air matamu.
Waktu saat itu, masih pukul 1 pagi, kita lanjutkan perjalanan ke bukit bintang moko, saat berangkat, kita berhenti disekitar taman cikapundung, untuk beli minyak kayu putih. Syakira mengoleskan minyak itu ke leherku dan juga ke leher dia, dia bilang ini untuk menghangatkan tubuh mas. Sekitar pukul 03,00 kita ke indomaret beli snack untuk kita makan sambil menunggu matahari terbit. Sesampai di moko uang kita tersisa dua puluh ribu, dan tiket masuk berdua adalah dua puluh empat ribu, sambil kita cari receh di saku untuk masuk, akhirnya kita menemukan uang yang pas untuk masuk. Sambil menunggu aku tertidur di mushola, aku sudah tak kuat lahi menahan kantukku, saqmpai adzan shubuh syakira membangunkanku untuk menjalankan sholat shubuh. Hingga matahari itu benar-benar terbit, dan dilama hatiku aku berdoa semoga engkau yang terakhir dalam hidupku syakira. Akhir dari perjalanan itu adalah aku sudah tak kuat menyetir motor lagi aku sangat mengantuk, setelah turun dari moko, syakira bergantian menyetir motor, sambil helmku berbenturan dengan syakira karena benar-benar tidak bisa menahan kantuk yang teramat ingin di tidurkan. Aku pasrah dengan kantukku.
Satu hari itu aku telah mengenal kembali apa itu yang dinamakan cinta, yang sudah hilang dalam kamus hidupku sekitar dua tahun lamanya.


Goresan Rindu
// Kau tak pernah sekedar sketsa.
Bagiku, goresan tentangmu selalu utuh.
Hanya sedikit waktu yang kuperlu untuk mengingatmu.
Sisanya, sebagian besar umurku , habis untuk gagal melupakanmu.

//Kau tak punya senggang, aku tak miliki waktu luang. Yang ada cuma hati lapang.
Aku menghabiskan sepanjang hari untuk bersiap melupakanmu sepanjang malam.
Ketika malam tiba, mengapa bukan pelita?
Mengapa pelukmu yang bikin aku menyala?
Masih hangat pelukmu, ketika mulai dingin malamku.

//Bila tak bisa mengerti, cobalah tidak mengerti. Begitulah aku terhadapmu.
Kita masih akan sepasang remaja kelak di ufuk umur yang menua merah bata.
Ini bukanlah kata- kata yang kurangkai, tapi peristiwa-peristiwa yang kita bingkai.

//Berkawan sunyi, kulawan sepi. Sendiri.

//Siapa saja boleh mengutip kata -kata rindu.
Toh mereka tetap harus mencantumkan kau dan aku.

//Yang kumau bukan peredam, bukan pula pereda.
Rindu bukanlah soal dendam, tak juga melulu cinta.
Rindu tak mengenal lelah, meski cinta tak pernah istirah.

//Aku tidak sedang bermimpi, sejak kau bukanlah imaji.
Sebenarnya bukan kau yang berbahaya, tapi cintaku yang menggila.

//Jika kau sudah selesai, aku hanya ingin dibelai.
Cinta selalu butuh bahan tertawaan agar buku harian tak penuh tangisan. (Chandra Malik)



Selasa, 23 Januari 2018

Lupa ; (1)

Aku memulai dengan menulis ini ketika adzan Magrib, dengan sedikit ditemani musik. Aku mencoba rutin untuk menulis sambil meluapkan emosiku. Entah apa yang ada di otakku sekarang, sepertinya otakku sedang tidak aku dengan hatiku. Hatiku terus berdenyut kencang dan otakku terus melawan dan membatasi suara-suara itu. Aku benar-benar tak enang. Kata temanku Viena, coba untuk wudhu dan sholat sunnah, sudah ku coba tapi gagal. Aku coba juga untuk rutin puasa senin-kamis supaya bisa tenang  sampai aku beli air zam-zam di pusat oleh-oleh haji, harapanku hanya untuk aku bisa tenang. Tapi rasanya sama tak berubah sampai aku menulis ini aku masih merasakan perdebatan otak dan hatiku.

Ada apa dengan diriku? Kenapa Dia begitu semenakutkan itu? Dia adalah perempuan yang mengambil separuh hati ini. Lantas aku berfikir apa yang harus aku lakukan untuk melupakan Dia? Kata temanku satu lagi, cara cepat lupa ya kenal lagi sama perempuan lan. Tapi bagiku itu itu bukan jawaban yang aku butuhkan. Aku takut rasaku tak sama ketika berkenalan dengan orang baru. Aku takut dihantui Dia, yang nanti bisa tiba-tiba muncul.

Dari bangun pagi aku terus berfikir bagaimana ini? Seperti biasa jika aku tak mandi ketika kuliah pagiku, yang aku lakukan gosok gigi, pakai conditioner sama sabun muka. Kamar mandi adalah tempat merdeka selama dikamar mandi ku coba berfikir, ternya kandas juga. Apa yang harus aku lakukan manusia ber ipk 2,8 yang sudah kuliah di Bandung hampir lima tahunini, yang kosa kata basa sunda gak nambah-nambah ? Cuma tau maneh, urang, sabaraha yang kosa kata sedehana lah.

Aku coba membaca buku-buku yang ada di kamarku, bagiku buku adalah investasi yang bahagia. Kalian bisa baca buku kapan saja murah dan sederhana. Aku lihat koleksi buku, berisi filsafat, sejarah peradaban atau tentang buku-buku Islam. Rasanya aku malas baca buku berat dengan kondisi hati yang sedang compang-camping ini. Aku coba jalan ke toko buku di bilangan buah batu.

            Sebelum ada mall terusan buah batu sudah macet, panas, berdebu, dan jalan yang berlubang. Sudah hampir lima tahun aku lewat jalan itu tak pernah berubah. Di tambah sekarang jalan buah batu banyak sekali tempat nongkrong anak muda, restoran cepat saji ada dimana-mana. Membosankan dengan macetnya buah batu. Aku putuskan tidak ke palasari ke toko buku langgananku aku memilih di togamas saja.

Aku tak terlalu lama mencari buku disitu cukup lima belas menit aku jatuh pada buku dari Puthut EA “Cinta Tak pernah tepat Waktu” dan “Para Bajingan Yang menyenangkan”. Hari sabtu saat itu, sebelum aku jemput dia aku sempatkan membeli buku ini. Aku memang sudah janji dengan dia hari itu untuk membahas masalah yang terus berlarut-larut.

Selama aku tiga hari aku bisa menyelesaikan buku “Cinta Tak pernah tepat Waktu”, aku tertarik pada halaman 202-203. Isi dari buku itu “ Saat aku menjenguk istri seorang teman, psikolog dari Surabaya. Waktu itu aku bertanya : Mas bagaimana ceritanya kamu dapat Mbakyu....” lalu temaku menjawab... “ Begini dik, dulu itu aku bercita-cita mempunya istri yang cantik, cerdas, kaya dan kalau bisa dari anak bangsawan... Tapi, ketika aku berumur 27 tahun, sosok yang kuidamkan belum juga kudapatkan. Lalu aku menurunkan kriterianya menjadi cerdas, cantik, dan kaya. Tapi, seiring waktu, tetap saja kau belum mendapatkannya. Lalu kuturunkan lagi menjadi cerdas dan cantik saja. Toh kekayaan bisa dicari bersama-sama nanti. Eh, ternyata tidak dapat juga. Akhirnya aku bingung. Padahal kriteriaku tinggal cerdas dan cantik saja Kalau kuturunkan lagi, apa yang aku pilih ya? Kalau cantik tapi  tidak cerdas, wah... bagaimana aku ngajak ngomong dia? Kalau cerdas tapi tidak cantik.. ya gimana juga? Nah, akhirnya aku dapat dia, ya istriku ini..” ‘Ya Bu Ya’

Begitu ujarnya sambil menengok ke arah istrinya, dan tersenyum menggoda.”Lihatlah istriku ini bukan dari kelas bangsawan. Tidak begitu kaya. Tidak juga begitu cantik. Juga tidak begitu cerdas. Tapi.. Tuhan memberi anugerah luar biasa kepadanya. Ia seorang orang sangat bijaksana....”
Konon kata salah satu keponakan yang menunggui saat kematian mendatangi sang istri, ia menyimak percakapan terakhir ini. Percekapasn antara si suami dan si istri...

“Mas aku ingin mengatakan untuk terakhir kalinya bahwa aku sangat ingin menemani Mas dan anak-anak di hidup ini... Tapi, Tuhan sepertinya menginginkan yang lain. Tidak mengapakan? Toh aku tetap menemani Mas dan anak-anak... Hanya saja di dunia yang berbeda. Itu saja..”

Lalu sang suami menjawab...

“Dik sudah lama kita bersama. Aku berterima kasih kamu telah bersamaku dan bersama anak-anak. Kamu ibu yang sangat luar biasa, dan kamu juga istri yang sangat luar biasa. Selama bersamamu, aku hanya punya satu kesimpulan besar  : aku tidak punya alasan untuk tidak mencintaimu samnpai kapanpun....”

Entah setelah membaca kisah itu, aku merasa apa yang sudah aku lakukan selama ini? Aku Cuma masuk perputaran yang sama. Kenalan – Suka – PDKT – Pacaran – Putus – pacaran lagi. Ah rasanya kita akan terus masuk kelubang masuk lubang yang sama. Sampai di gedung A di temani danus dan satu ekado aku berbicara dengan hatiku. “Jika aku nanti berakhir dengan dia, aku tidak mau langsung pacaran. Biar aku sembuhkan dulu luka-luka ini, hingga aku memang benar-benar siapa. Benar-benar siap untuk tertawa berbahagia lagi dengan orang lain. Aku takut jika aku belum bisa menyembuhkan luka ini, rasa yang dipaksakan itu gak enak malah akan terus saling menyakiti. Aku harus siap dengan konsekuensi yang ada”

Buku di tangan kiri, kopi di tangan kanan jodoh di tangan tuhan plus tangan mama. Sampai malam hari aku menyelesaikan bku n aku tahu memang cinta selalu datang terlambat, jika tak terlambat cinta selalu datang pada waktu yang tak pernah tepat, tak bisa kita duga-duga. Cinta sepert kenangan yang akan selalu kamu ingat, tapi kalian aku harus bisa melupakan cara hidup dengan dia. Jangan kata semua hal yang sama itu selalu berjodoh, misalnya jenis kelamin?

Sudah aku akhiri saja bagian pertama tulisan ni, mungkin minggu depan aku coba menulis yang lain.


aku tidak punya alasan untuk tidak mencintaimu samnpai kapanpun...


























Jumat, 05 Januari 2018

Desember

Ada apa di bulan Desember, sepertinya aku benci sekali dengan bulan ini? Kenapa harus lahir di Bulan ini? Di bulan ini aku juga harus mengetahui, aku tidak bisa sembuh dari sakit fisik cerebal palsay atau kelainan otak kecil. Dan sekarang di bulan Desember aku sekalagi harus menerima kenyataan. Bulan Desember bulan yang penuh air mata. “Adakah bahasa yang lebih sederhana, lebih murni, lebih tidak munafik daripada air mata; bahasa tanpa kata-kata dan tanpa batas? setiap tetesnya merupakan jeritan pedihnya, jeritan pecinta yang merindu. Bukankah benar bahwa mata lebih mengungkapkan kebenaran daripada lidah? Bukankah air mata adalah syair terindah dan cinta yang paling jujur? Tidakkah air mata mencerminkan iman yang paling melimpah, hasrat yang paling mendalam, perasaan yang paling bergelora? Bukankah air mata merupakan bentuk ucapan yang paling murni dan bentuk cinta yang paling halus? Semua ini berbaur dalam satu hati cinta. Semuanya berpadu, melebur, dan membentuk sebuah tetesan yang hangat. ini mereka namakan air mata” (Ali Syariati). Desember bulan penghujung, bulan yang tidak jelas (termasuk musim hujan atau musim kemarau). Terkutuklah aku yang lahir di bulan Desember ini. Tapi di bulan ini banyak orang-orang yang mengupdate senja di bulan Desember, entah itu di Facebook, Instragram, WhatsApp, mereka berbahagia dengan senja. “Senja tak pernah salah. Hanya kenangan yang kadang membuatnya basah. Dan pada senja, akhirnya kita mengaku kalah. Tentu saja sebut itu rindu, karena sepi adalah bagian dari itu. Tapi banyak orang berkata jika rindu itu pahit, aku curiga mereka menyimpan rindu di empedu bukan dihati. Dan Senja adalah semangkuk bubur kerinduan yang berharap menjadi nasi. Yang aku percaya adalah keseimbangan, tak salah lagi aku selalu mengagumi senja. senja cukup lapang untuk menampung gelap dan cahaya juga duka dan suka secara bersamaan.tak peduli kebaikan atau keburukanmu, suka atau duka. 1 kesalahan saja kita akan selalu mengingat kesakitan itu, tapi aku tidak. yaa mungkin benar senja menyimpan luka. tapi luka hanya sebuah pernik kecil dari rantai bahagia. Begitulah senja dalam mataku. Dan ketika malam datang pandangi langitnya, tapi jangan menghitung bintangnya. Karena, kau takkan pernah sadar jika kau salah satu dari mereka. Tapi begitulah Kita, sedekat mata kiri dan kanan, hanya saja kita tak pernah bisa saling memandang. Dan kita adalah satu dalam dua yang tak menyatu. Kita tak terpisah dalam kebersamaan yang tak pernah bersama. Kita nyata dalam mimpi yang tak terjadi. (Nom De Plume)” Desember juga bulan yang menakutkan bagi beberapa mahasiswa, mereka harus sudah membayar kuliah nanti cepat regristrasi tidak berebut memilih dosen. Atau Bulan yang menyeramkan untuk melihat IGracias tiap hari berdoa sembahyang tak pernah telat untuk sekedar berharap mendapatkan nilai rata kiri, bukan rata kanan. Ya begitulah berebut kelas, berebut dosen untuk sebuah nilai, kadang aku harus menghargai diriku sendiri dengan berhenti mencoba menjadi normal, jika normal hanya sebuah standard yang dibuat oleh banyak orang yang bukan sepertiku. Usahakan ketika melihat igracias jangan sendirian. “Dan kepada kamu, aku benar-benar benci jatuh cinta. Aku takut kalo dijalan kenapa-napa amit-amit dan ini jadi kenangan terakhir kita gitu. karena nggak ada kenangan lain yang kayaknya lebih bagus dibanding aku selama ini nyebelin buat kamu.
aku juga takut jangan - jangan hubungan ini juga bukan punya kita doang tapi bisa jadi ini punya kedua orang tua kamu misalnya tiba-tiba mereka jadi nggak sreg sama aku dan nyuruh kita putus.
aku takut karena bisa aja ini suatu waktu diambil dari aku.ya gitu, coba deh kamu tanya lagi.kenapa sih kamu sayang sama aku? ya karena aku nggak selamanya bahagia sama kamu, aku juga ada sedihnya, aku juga ada takut, dan aku juga ada kecewa karena kamu satu paket sama itu dan aku yakin kamu pun juga gitu”(Mas Radit). Desember pun menjadi bulan anak Telkom untuk bersabar pulang, untuk mununggu nilai semua keluar. Bandung menjadi saksi perjuangan anak-anak Telkom. “Dan Bandung bagiku bukan Cuma urusan wilayah belaka..lebih jauh dari itu melibatkan Perasaan yang bersamaku ketika sunyi. Mungkin saja ada tempat yang lainnya ketika ku berada di sana akan tetapi perasaanku sepenuhnya ada di Bandung yang bersamaku ketika rindu” (Pidi Baiq). Ya Bandung menjadi bukti cinta dan saying mu terhadap apapun yang kalian ingankan dan kalian perjuangkan, tapi taukah kalian akan cinta? “Cinta adalah reaksi kimia, sebuah efek yang ditimbulkan oleh feromon, endorphin, dan serotonim yang kelak mungkin saja menghilang. Iya, cinta bisa menghilang. Lantas, kenapa kakek dan nenek kita bisa bertahan hidup berdua sampai mereka meninggal? Karena saat cinta menghilang, mereka punya sesuatu yang disebut kasih sayang, keterbiasaan, empati, dan tentu saja komunikasi. Jadi untukmu, aku tidak tahu sampai kapan aku bisa jatuh cinta padamu. Tapi aku jamin, aku akan jadi orang yang terbangun disebelahmu dan mengatakan “ hidup akan baik-baik saja selama kita memiliki kita(Fiersa Besari).” Ada orang-orang yang bersama, tapi tidak jatuh cinta.Ada pula orang-orang yang jatuh cinta, ditakdirkan bersama.Hidup ini memang begitu-begitu saja. 7 milyar manusia di atas bumi; tiap detik, setidaknya ada yang jatuh cinta, pun tiap detik, ada yang berpisah.


“Kecewa dan Depresi di Bulan Desember”

Bandung, 23 Desember 1994

(Azka)

Selasa, 10 Oktober 2017

Untuk Mu Yang Bertambah Usia

Hei selamat ulang tahun

Hei maaf kalau aku sering gak jelas di igmu

Hei maaf kalau pernah mengagumimu

Hei semoga jadi abdi tenagara, tapi jangan pukulin aku, karena aku seorang demonstran

Hei sepertinya kamu sedang jatuh cinta dengan seorang polisi
Polisi bagiku itu seperti pacar, kalau kamu tanya kenapa? Ini jawabnya “pacar adalah polisi yang disamarkan... karna tugasnya cuma jagain jodoh orang!”

Hei kalau jadi jomblo jangan lama-lama, karena jomblo takut masuk kamar mandi karena “mau kekamar mandi takut terjatuh dan tak bisa bangkit lagi”

Hei semangat larinya, maaf kalau aku Cuma bisa menyemangati lewat instragram

Hei kamu itu kecil lucu seperti bandung

Ya kenapa bandung, bandung itu punya asia afrika sejarah besar bangsa ini. Bandung menjadi kota anti kolinailesme dam imprealisme penjajahan. Bandung punya pohon-pohon yang besar rindang untuk dinikmati atau untuk sekedar menulis parafrase ini. Bandung juga punya pusat kreatif center, Bandung punya cibaduyut pusat pembuatan sepatu gak kalah dengan merek luar negeri, ngomongin sepatu itu kayak pacaran "Pacaran itu kayak nyari sepatu. Semuanya bisa punya. Tapi nggak semuanya pas, kan” Bandung itu juga punya cafe-cafe yang lucu punya yang desert yang enak, punya ice cream yang enak juga, oh iya disalah satu cafe di bandung punya qoute yang lucu “konon jika jodoh adalah tulang rusuk. maka mantan sudah menjadi fosil alias tulang belulang..” Bandung punya braga perlintasan yang unik, memang macet tapi kamu tak akan bosan dengan lukisan yang ada di sekelilingnya, seperti lukisan alis matamu “Di bawah alismu hujan berteduh. Di merah matamu senja berlabuh. Tapi terkadang Bandung menjadi menyebalkan di hari jumat malam – minggu karena terkadang bandung macetnya suka gak memanusiakan manusia, apalagi pemerintah kota bandung mau menutup ojek dan taksi online, hmm apa kata dunia, tapi sebentar ngomongin malam mingggu “yang jomblo jangan ngenes kalo malem minggu ga sengaja ngeliat orang pelukan. paling tidak kita masih memeluk agama (?)” begitulah nasib para jomblo di hari libur “kedua tangan jomblo diciptakan untuk memeluk dirinya sendiri”. Yaps bgitulah kesamaan mu dengan bandung. Kamu istimewa walau terkadang menyebalkan, dan ketidak sempurnaanmu menyempurnakan aku. Semoga kita bisa berkeliling bandung di suatu waktu nanti.

Hei 7 milyar manusia di atas bumi; tiap detik, setidaknya ada yang jatuh cinta, pun tiap detik, ada yang berpisah.

Hei ingat ketika kamu bertambah umurmu sama dengan kamu dekat dengan ajalmu


Maaf jika yang ku beri bukanlah jam dan cincin. Bukan seikat bunga, atau puisi, Juga kalung hati. Juga bukan ini teh kantong bunda sari murni yang rasanya enak sekali. Maaf, bukannya pelit, Atau nggak mau bermodal dikit. Yang ingin aku, beri padamu dan dan tulisan setulus hati.


Di akhir aku mau sampaikan dan doakan Tunjukilah kami jalan yang lurus (shiratal mustaqim), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat “ (Al Fatihah:6-7). Semoga kita terus di jalanNya dan kamu teruslah menjadi perempuan yang kuat seperti Malahayati atau kartini


Tulisan ini terinspirasi di hujan sore ini “Ketika matahari mulai redup, sang awan pun dengan seksama jadi penguasa langit, terimakasih untuk hujan sore ini..”


Dari Aku


Lazuardi Faris



Jalan-jalan ke kota Paris, lihat orang berbaris-baris
Nama saya Lazuardi Faris, Walau hitam tapi Manis



Minggu, 01 Oktober 2017

Rindu Nisa

            Kamu tahu gak bedanya tanggal 28 Oktober dengan 29 Oktober itu apa? Kalau 28 Oktober itu Sumpah Pemuda kalau 29 Oktober itu “Sumpah Aku Sayang Kamu”. Ya kemarin di hari minggu tiba-tiba aku teringat seseorang dari masa laluku “Nisa”. Kalian pernah merasa gak tiba-tiba kangen dengan seseorang dari masa lalu kalian? Bagaimana rasanya?



Hmm tiba-tiba bayangan nisa itu hadir, senyum dan wangi rambutnya melayang-layang diatas ingatanku. Minggu yang sedikit mendung itu makin sulit membangunkanku dari tidur. Semua ingatan itu tiba-tiba hadir;


Nisa bagaimana kabarmu, masih ingatkah tentang ingatan dulu tantang kita?
Nisa....
Dulu aku bercita-cita menjaga dirimu, menghadapi dunia bersama
Cinta bagi kita adalah jatuh berdua dan bangkit bersama
Menyiapkan senyum terbaik masing-masing
Aku ingin menjagamu ketika sedih menyerang mu
Aku ingin menjagamu ketika sakit datang
Aku ingin bersamamu
Aku ingin menemanimu ketika kamu pusing dengan tugas kuliahmu
Aku ingin menemanimu menunggu delivery munjul yang lama itu
Kamu punya aku dan aku punya kamu
Aku ingin menjagamu dari kesombonganmu datang
Aku akan menemanimu ketika kamu pusing dengan skiripskimu
Aku akan menunggumu di depan pintu Tuch, menunggumu keluar wisudaan
Aku akan menemanimu ketika kamu menyerah bingung saat mencari kerja
Aku akan menjagamu ketika kamu boros belanja dengan gaji pertamu
Aku akan mununggu dengan bingung saat akad nikah menjelang
Aku adalah ayah dengan satu istri dan dua anak
Aku akan menemanimu setiap kehamilanmu
Aku akan menjagamu, menemanimu ketika proses kelahiran datang
Nisa
Hingga kita tua duduk bersama di kursi goyang bersama
Pegang taganku
Hingga aku menemanimu di liang yang satu
Dan Kamu di sebalahku


Hari itu, hari nisa kembali. Aku beranikan chat dengan nisa tapi aku tetap saja tak bisa untuk aku bilang “Aku Rindu Kamu Nisa”. Puncak rindu seseorang seperti bilangan biner “0 dan 1” bilangan yang sederhana hanya ada 0 dan 1. Aku ingin mencintaimu sesederhana itu.